Senin, 10 September 2018

LUKISAN GAYA BATUAN

Kegiatan melukis atau menggambar di Desa Batuan, Gianyar, Bali, telah ada sejak zaman kerajaan Bali kuno dan menjadi bagian dari ritual keagamaan. Hal itu dibuktikan dengan adanya kata “citrakara” (ahli gambar) dalam Prasasti Batuan, berangka tahun 944 Saka atau 1022 Masehi, ditulis pada masa Raja Marakata dari Dinasti Warmadewa.Hasil gambar untuk GAMBAR LUKISAN GAYA BATUAN 
Ciri khas lukisan Batuan pada masa itu adalah menggunakan warna hitam-putih yang memunculkan efek gelap-terang dan nuansa magis yang kuat. Pada beberapa lukisan tampak pula bidang gambar yang penuh dengan berbagai narasi dan fragmen yang tumpang tindih antara kehidupan alam sekala (nyata) dan niskala (gaib/maya). Seni lukis gaya Batuan mampu bertahan dan berkembang hingga sekarang karena adanya sistem pewarisan ilmu dari generasi ke generasi. 
 Hasil gambar untuk GAMBAR LUKISAN GAYA BATUANHasil gambar untuk GAMBAR LUKISAN GAYA BATUANTeknik melukis gaya Batuan cukup rumit, mengandalkan kesabaran dan ketekunan. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui, yakni ngorten atau membuat sketsa, nyawi, memberi kontor pada sketsa, ngucek atau memberi gradasi secara bertahap, manyunin dan ngidupang untuk memunculkan kesan kedalaman, dan ngewarna alias memberi warna. 
Seni lukis gaya Batuan akan terus berkembang mengikuti zaman. Dalam hal ini seni lukis gaya Batuan memiliki kemampuan mendokumentasikan berbagai persoalan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Dan, tentu saja hal itu tergantung pada kemampuan dan kepekaan pelukisnya mengabadikan konten zaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar